A. Fungsi Menulis
Dalam kegiatan
berbahasa menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara
tertulis dan tidak langsung. Tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran
kita (Tarigan, 1994:222). Selain itu, menulis juga memiliki fungsi lain, fungsi
itu adalah sebagai berikut:
a.
Fungsi penataan
Ketika mengarang
terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi dan lain
sebagainya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena
itu, pikiran dan yang lainnya memiliki wujud yang tersusun.
b.
Fungsi pengawetan
Mengarang
mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen
tertulis. Dokumen sangat berharga, misalnya untuk mengungkapkan kehidupan pada
zaman dahulu.
c.
Fungsi penciptaan
Dengan mengarang
kita menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra
menunjukkan fungsi demikian. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan ada yang
menunjukkan fungsi penciptaan.
d.
Fungsi penyampaian
Penyampaian itu
terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan jug kepada
orang yang berjauhan. Malah penyampaian itu dapat terjadi pada masa berlainan
(Rusyana, 1986:16).
B. Peranan Menulis
Keterampilan
menulis merupakan keterampilan yang memegang peranan strategis dalam upaya
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Kemampuan menulis perlu dikembangkan
karena kemampuan ini merupakan keterampilan secara mutlak harus dikuasai siswa
untuk mencurahkan ide dan gagasannya kedalam bentuk tulisannya. Keterampilan
menulis merupakan suatu persyaratan bagi siapapun dalam setiap organisasi,
perusahaan, pendidikan ataupun pemerintahan (Tarigan, 1986:185).
Berkaitan dengan
pentingnya peranan keterampilan menulis dalam menentukan kemampuan berbahasa,
Rofi’uddin (1999:37) mengemukakan bahwa kemampuan berbahasa sejak dini
merupakan salah satu upaya yang bersifat strategis. Kemampuan tersebut berfokus
kepada kemampuan baca-tulis yang merupakan kunci pembukaan untuk memasuki dunia
yang lebih luas. Artinya bahwa melalui pengajaran baca-tulis yang baik, maka
dapat dipacu penguasaan kemampuan berfikir kritis-kreatif terhadap permasalahan
yang dihadapi sehingga perkembangan dimensi afektif anak dapat dioptimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar