A. Sistem
Pendidikan di Australia
Pendidikan di Australia tidak
dipegang oleh pemerintah pusat, namun diserahkan pada setiap negara bagian atau
teritorinya. Jadi, setiap negara bagian memiliki hak untuk menyelenggarakan
pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konstitusi Australia,
dimana pendidikan merupakan tanggungjawab negara bagian. Pada setiap
negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan
melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan
prasekolah. Sehingga, masing-masing negara bagian dan wilayah daratan mempunyai
otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Australia terdiri dari 3 tahapan
pendidikan, yaitu pendidikan dasar (primary schools), pendidikan
menengah (secondary education, meliputi secondary school/high
schools), dan pendidikan tinggi (tertiary education in universties or
TAFE [techical and further education] college). Ada kalanya, sebelum
memasuki primary school, peserta didik memasuki kindergarten atau taman
kanak-kanak.
Di Australia, pendidikan dasar
menjadi dasar untuk memasuki jenjang selanjutnya, yaitu pendidikan menengah.
Pendidikan menengah merupakah lanjutan dari pendidikan dasar. Tahapan terakhir
adalah pendidikan tinggi, yang mencakup beberapa program, yaitu diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.
Lama pendidikan untuk masing-masing
jenjang tersebut berbeda antarnegara bagian. Perbedaanya dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
1. Wilayah
New South Wales, Victoria, Tasmania, dan Australian Capital Territory
Jenjang Pendidikan
|
Lama Pendidikan
|
|
Pendidikan Dasar
|
Primary School
|
6 tahun
|
Pendidikan Menengah
|
Junior Secondary School
|
4 tahun
|
Senior High School
|
2 tahun
|
2. Wilayah
Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, Northern Territory
Jenjang Pendidikan
|
Lama Pendidikan
|
|
Pendidikan Dasar
|
Primary School
|
7 tahun
|
Pendidikan Menengah
|
Junior Secondary School
|
3 tahun
|
Senior High School
|
2 tahun
|
Pendidikan di Australia, mewajibkan
peserta didik untuk menempuh wajib belajar, yaitu pada jenjang primary school
(SD) dan junior secondary school (SMP). Sehingga, wajib belajar di Australia
yakni 10 tahun. Selanjutnya, peserta didik dapat masuk ke senior high school.
Istilah yang dilakukan untuk jenjang pendidikan di Australia adalah year 1 – 12
(dari jenjang primary school hingga high school).
Pada jenjang senior high school,
setiap peserta didik memiliki kewajiban untuk memilih program pendidikan
kejuruan atau pendidikan umum. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja,
artinya lulusan pendidikan kejuruan tersebut akan siap untuk bekerja setelah
lulus. Setiap negara bagian memiliki Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (Vocational
Education and Training atau VET). VET mempersiapkan peserta didik untuk
bekerja tanpa perlu mendapatkan gelar sarjana.
Untuk peserta didik yang mengambil
pendidikan umum, dapat meneruskan pendidikan ke jenjang diploma, bachelor
degree, dst. Berikut adalah kualifikasi kerangka kualifikasi Australia (AQF
atau Australian Qualification Framework) menurut sector pendidikan.
Australian Qualification Framework
Sektor Sekolah
|
Sektor Vocational Education And Training (VET)
|
Sektor Perguruan Tinggi
|
Senior Secondary Certificate of Education (Ijazah
Sekolah Menengah Atas)
(2–3 tahun)
|
Vocational graduate diploma (Diploma Kejuruan)
(1 tahun)
|
Gelar doktor (3+ tahun)
|
VET di Sekolah
|
Vocational graduate certificate (Sertifikat
Kejuruan)
(6 bulan)
|
Gelar Masters / Magister
(1–3 tahun)
|
Advanced diploma (Diploma Lanjutan)
(6–12 bulan)
|
Graduate diploma
(1 tahun)
|
|
Diploma
(1 tahun)
|
Graduate certificate
(6 bulan)
|
|
Sertifikat IV
(1 tahun)
|
Bachelor degree (Gelar Sarjana Muda)
(3 tahun)
|
|
Sertifikat III
(6 bulan)
|
Associate degree, advanced diploma
(1,5 tahun)
|
|
Sertifikat II
(6 bulan)
|
Diploma
(1 tahun)
|
|
Sertifikat I
(6 bulan)
|
Untuk gelar yang didapatkan setelah menempuh perguruan
tinggi adalah:
·
Bachelors degree (setingkat sarjana S1)
·
Masters degree (setingkat magister S2)
·
PhD (setingkat doktor S3)
Untuk tes bagi siswa yang berlaku secara nasional,
Australia menyelenggarakan NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and
Numeracy). Setiap tahunnya, semua siswa yang berada pada tahun 3, 5, 7, dan
9 melakukan tes pada hari yang sama. Materi tes tersebut meliputi membaca,
menulis, bahasa (mengeja, tata bahasa, dan pemberian tanda baca), dan
perhitungan.
B.
Kurikulum di Australia
Pengembangan Kurikulum Australia
dipandu oleh Melbourne Declaration on Educational Goals for Young
Australians, diadopsi oleh dewan menteri pendidikan Negara bagian dan
teritori pada Desember 2008. Deklarasi Melbourne tersebut menekankan pada
pentingnya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan bidang pelajaran, kemampuan
umum, dan prioritas lintas-kurikulum sebagai dasar untuk kurikulum yang
dirancang untuk mendukung pembelajaran abad 21.
Kurikulum Australia berisi
tentang hak untuk mendapatkan bagi setiap siswa Australia.
Hal-hal yang terkait meliputi hal-hal dasar untuk mencapai sukses, belajar
seumur hidup, dan partisipasi dalam masyarakat Australia. Hal ini berarti
bahwa kebutuhan dan kepentingan siswa akan bervariasi, sehingga sekolah dan
guru akan merencanakan kurikulum berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
tersebut. Kurikulum Australia juga mengakui perubahan cara di
mana siswa akan belajar dan ada berbagi tantangan-tantangan yang akan
terus membentuk pembelajaran mereka di masa yang akan depan.
Kurikulum Australia pun akan
dikembangkan untuk semua area pembelajaran dan mata pelajaran yang ditetapkan
dalam Melbourne Declaration: awalnya untuk bahasa Inggris,
matematika, IPA/sains dan sejarah, dilanjutkan dengan geografi, bahasa, seni,
ekonomi, bisnis, dan kewarganegaraan, Pendidikan kesehatan dan olahraga, serta
teknologi informasi dan komunikasi.
Kurikulum Australia menetapkan apa
yang harus dipelajari oleh siswa melalui spesifikasi isi kurikulum dan
pembelajaran yang diharapkan pada nilai sekolah mereka melalui spesifikasi
standar prestasi (the specification of achievement standards).
Setiap bidang atau subjek pembelajaran
meliputi:
·
Sebuah pernyataan rasional dan seperangkat tujuan
·
Gambaran tentang bagaimana area pembelajaran
diselenggarakan
·
Deskripsi tingkatan ‘year/tahun.
·
Uraian isi menetapkan apa yang diharapkan
akan diajarkan oleh guru, meliputi pengetahuan (knowledge),
pemahaman understanding) dan keterampilan (skills).
·
Elaborasi isi, yang berisi berbagai contoh yang
menggambarkan setiap uraian. Contoh-contoh ini tersedia bagi guru serta mereka
yang mungkin membutuhkan bantuan untuk lebih mengerti mengenai uraian isi
tersebut.
·
Standari Prestasi, yaitu menerangkan mutu
pembelajaran (berupa tingkat kedalaman pengertian, luasnya pengetahuan dan
tingkat keterampilan) yang diharapkan telah dicapai oleh para siswa pada setiap
tingkat tahun. Para siswa yang berhasil mencapai standar tersebut akan cukup
mampu untuk melanjutkan ke tingkat berikutnya.
·
Contoh-contoh Pekerjaan siswa
yang teranotasi akan menggambarkan standar prestas pada setiap tingkat tahun.
Ada beberapa contoh yang dapat dilihat selama masa konsultasi dan kesatuan yang
lebih lengkap lagi akan terseda selang beberapa waktu kemudian.
·
daftar kata-kata sulit (glossary) untuk mendukung
konsistens pernyataan yang digunakan.
Dalam dunia dimana ilmu pengetahuan
dapat terkembang secara konstan, siswa perlu mengembangkan keterampilan,
perilaku dan disposisi, atau kemampuan umum yang berlaku di seluruh konten
disiplin dan melengkapi mereka untuk menjadi pembelajar seumur hidup, mampu
beroperasi dengan percaya diri, kaya informasi, dalam dunia global.
Kurikulum Australia fokus pada tujuh
kemampuan umum, yaitu
1)
kemampuan menulis dan membaca—literacy,
2)
kemampuan berhitung—numeracy,
3)
teknologi komunikasi informasi,
4)
keterampilan berfikir,
5)
kesusilaan,
6)
kreativitas,
7)
manajemen-diri,
8)
kerjasama dalam team—teamwork,
9)
pengertian antar-budaya—intercultural understanding,
10) kompetensi
sosial
Tiga dimensi lintas kurikulum (cross-curriculum
dimensions) adalah
1)
sejarah dan kebudayaan penduduk pribumi (indegenous
history and culture)
2)
Asia dan keterlibatan Australia di Asia (Asia and
Australia’s engagement with Asia)
3)
Kelestarian (Sustainability)
Kurikulum Australian merupakan
kurikulum sambung jarring (online) yang memberikan fleksibilitas yang
maksimum dalam hal bagaimana kurikulum tersebut dapat diakses dan diatur.
Misalnya saja, para pemakai dapat melihat, mengunduh
serta mencetak kurikulum itu untuk bidang pembelajaran tertentu pada tingkat
satu tahun saja atau untuk berbagai tingkat tahun secara sekaligus. Mereka juga
dapat melihat, mengunduh, dan mencetak isi dengan memfokusikan pada salah satu
atau lebih dari kemampuan umum atau dimensi lintas-kurikulum yang ada.
C.
Tenaga Kependidikan di Australia
1. Syarat Guru
di Australia
Syarat guru untuk mengajar di
Australia ditentukan oleh setiap Negara bagian dan teritori Australia. Standar qualifikasi
antarnegara bagian dan teritori tersebut berbeda satu dengan yang lainnya.
Meski demikian, kesamaannya adalah setiap guru harus memiliki sertifikat
mengajar.
Untuk mendapatkan sertifikat
mengajar, calon guru di Australia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila
calon guru belum menyelesaikan jenjang S1, maka ia harus mendaftar di S1
jurusan pendidikan (Bachelor of Education) yang berlangsung selama 4 tahun.
Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S1 di luar jurusan
pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program,
yaitu:
·
Bachelor of Education (graduate entry) - 1.5-2 years
·
Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to
a teacher certificate program)
·
Masters of Teaching - 1.5 years
Setiap program tersebut tersedia
untuk pembelajaran di tingkat primary ataupun secondary.
2. Peningkatan
Profesionalitas Guru
Guru adalah ujung tombak dari
pendidikan yang berlangsung di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi
serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan.
Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di
Australian. Salah satu program yang dilakukan oleh ALTC (Australian Learning
and Teaching Council) adalah Teaching Preparations Programs (TPPs)
yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas.
Meski demikian, setiap Negara bagian
ataupun teritori memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan
profesionalitasan guru mereka. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
a.
Australian Capital Territory
b.
New South Wales
1) Continuing Professional
Development, yaitu dukungan dari New South Wales Institute of
Teacher untuk meningkatkan profesionalitasan guru. Focus pengembangan meliputi
penelitian, kursus dan program tertentu, dsb.
2) Professional Development for
Teachers - The University of Sydney, yaitu pengembangan
profesionalitasan melalui The Faculty of Education and Social Work.
3) Professional Learning and Leadership Development, yaitu
website untuk kebijakan fremeworkds dan pengetahuan untuk mendukung
pembelajaran guru, pengetahuan, leadersip, dan pengelolaan administrative
sekolah.
c.
Northern Territory
1)
Professional Learning Framework, yaitu
website yang menyediakan berbagai cara untuk mengembagkan profesionalitasan
guru.
2)
Professional Learning Modules, yaitu menyediakan
modul pembelajara yang dikembangkan untuk menunjang berbagai aspek dalam
pembelajaran di sekolah.
d.
Queensland
2)
Menyediakan beberapa website pengembangan
profesioanlitas, meliputi Professional Development - Restart
Teachers, Professional Development — School
Leaders, Professional Development —
Teachers, Professional Development — Teacher
Aides, dan Smart Classrooms Professional
Development Framework
e.
South Australia
1) Professional Development, yaitu
pengembangan profesonalitasan untuk guru yang meliputi leadership program serta
administratif.
f.
Tasmania
1) Leadership Starts from Within
Program, Leading Other Program, Online Learning, Professional
Learning, yaitu website yang berisi peningkatan profesionalitasan guru.
2) Professional Learning Handbook, yaitu
program yang berasal dari Tasmanian Catholic Education Office.
g.
Victoria
1) FUSE - Professional Learning, yaitu
pengembangan keprofesionalan baik formal maupun informal untuk guru, trainer,
administrator, dan staf pendidikan lainnya.
2) ICT Professional Learning Domain dan Professional Leadership, yaitu
website untuk membantu guru meningkatkan keprofesionalitasannya.
4) Salah satu
program pengembangan yang dilakukan untuk guru yang baru pertama kali mengajar
adalah program magang (induction). Program yang ditujukan untuk guru
yang baru pertama kali mengajar. Program ini bertujuan untuk mempersiapan diri
pada aktivitas sekolah dan menyadari prosedur yang diperlukan. Selain itu,
program ini juga memungkinkan guru pemula untuk melakukan dialog professional
secara berkelanjutan dan belajar dengan kolega/mentor yang berpengalaman.
h.
Western Australia
2) Online Curriculum Services, diperuntukkan
untuk guru agar lebih intaraktif dalam mengakses kurikulum dan mengembangkan
keprofesionalan dalam mengajar.
3) Professional Development -
Curriculum Council, diperuntukkan sebagai wujud dukungan terhadap guru.
4) School Matters, yaitu
majalah sekolah yang dipubilkasikan dalam dua kali masa terbit oleh Departemen
Pendidikan. Umumnya berisi tentang kegiatan belajar mengajar yang baik,
pengembangan profesionalan, prestasi guru, siswa, dsb, serta opini dan
komentar.
3. Organisasi
Guru
Organisasi untuk guru-guru di
Australia disebut dengan the Australian Teacher Education Assosiation (ATEA).
Misi dari ATEA adalah untuk mempromosikan:
a) Pra-pelayanan
serta melanjutkan pendidikan untuk semua guru dalam segala bentuk dan
konteks;
b) Pendidikan
guru sebagai sentral dalam pendidikan bangsa;
c) Penelitian untuk pendidikan
guru sebagai upaya inti.
Beberapa strategi kunci yang dilakukan untuk mencapai
tujuan atau misi tersebut adalah:
1) mendorong
peningkatan pendidikan guru awal;
2) terlibat
dalam advokasi nasional untuk pendidikan guru;
3) mempromosikan
dan mendukung profesi keguruan;
4) membentuk
link yang kuat dengan individu dan organisasi yang terlibat dalam perubahan
pendidikan;
5) meningkatkan
sifat, kualitas dan ketersediaan pengembangan profesional bagi pendidik guru,
dan
6) mempromosikan
dan menyebarkan hasil penelitian, ide-ide dan praktik, inovasi dan evaluasi
dalam pendidikan guru.
D.
Peran Pemerintah
Pemerintahan di Australia adalah
pemerintah yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah di Australia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Beberapa peran
tersebut antara lain adalah:
1. Menyupply
pendanaan pendidikan untuk pemerintah federal, sementara masalah akreditasi
ditangani oleh pemerintah negara bagian dan teritori, karena perguruan tinggi
terdapat di negara bagian dan teritori yang berbeda.
2. Adanya
lembaga audit nasional yaitu bertugas untuk memeriksa sistem yang diterapkan di
lembaga pendidikan dan badan akreditasi. Lembaga ini menerbitkan laporan
pemeriksaan, termasuk rekomendasi.
3. Melakukan
system penjaminan mutu. System penjaminan mutu dilakukan oleh pemerintah,
lembaga audit, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pemerintah bertugas dalam
pendanaan, lembaga audit berperan sebagai pemeriksa, sedangkan lembaga
pendidikan bertugas untuk afirmasi (melakukan self review, menemukan masalah,
kemudian menganalisa bagian yang akan dikembangkan/dibangun).
E.
Permasalahan Pendidikan di Australia
1. Sekolah
Public dan Privat. Permasalahan yang terjadi baik untuk public maupun privat
adalah adanya kesenjangan atau gap diantara kedua jenis
sekolah tersebut. Terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, antara lain
fasilitas, pendanaan, bangunan, guru yang aktif, dsb. Sekolah public
umumnya lebih lambat belajar, kurang disiplin, serta banyak anak yang tidak
memenuhi target pendidikan.
2. Anak yang
secara social ekonomi rendah, akan mendapatkan akses pengetahuan dan teknologi
yang lambat. Padahal akses pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk
peningkatan prestasi siswa, serta sebagai motivasi untuk pencapaian yang telah
dilakukan oleh siswa.
3. Staff atau
pekerja pendidikan yang harus bekerja keras, namun
mendapatkan insentif/gaji yang kurang setimpal. Sehingga,
kesejateraan mereka kurang baik. Guru yang mengajar
anak-anak miskin pun mendapatkan insentif/gaji yang kurang sesuai.
4. Lima puluh
persen dari siswa mengabaikan studi mereka untuk bekerja, terutama siswa yang
berasal dari tingkatan sosio-ekonomi rendah. Hal ini akan mengganggu kegiatan
belajar mereka.
F.
Perbandingkan Pendidikan di Australia dan Indonesia
Beberapa perbandingan dari
pendidikan yang ada di Australia dan Indonesia antara lain adalah:
Pertama, dilihat
dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, standar pendidikan dasar di
Indonesia jauh lebih tinggi. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah
mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau
ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan
untuk emmbaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancer
membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka
ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai
syarat pendaftaran masuk. Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal
dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istaa bermain dimana
mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan bersosialisasi. Pendidikan
dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi untuk belajar mengenal diri
sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap (character building). Mengajarkan
hal-hal sederhana secara praktis lebih ditekanka disbanding teori-teori di
kelas. Karena itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa
SD yang sedang belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain
waktu mereka tengah melakukan kegiatan di luar kelas (excursion),
seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadag mereka belajar juga mengantri,
melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif
serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dalam hal
penilaian (assessment). Berbeda dengan di Indonesia yang mewajibkan para
sswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas. Di
Australia tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional
seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah
NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes
nasional yang dilakukan serentak di Australia untuk menguji kemampuan membaca,
menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I
SMU).
Walau standar materi pelajaran untuk
pendidikan dasar di Indonesia tampak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Australia, namun ketika memasuki tingkat perguruan tinggi, tampak negeri kita
lebih tertinggal dibandingkan Australia. Selain disebabkan karena peralatan
teknologi yang lebih canggih dan lengkap, fasilitas-fasilitas penelitian yang
lebih memadai, juga faktor mahasiswa yang telah memiliki pengembangan karakter
(character building) yang kuat, fondasi sikap yag tertanam sejak dini di
pendidikan dasar sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan mereka, seperti
kemandirian, jujur, kreatif, inovatif, serta berpikir kritis (critical
thinking).
Ketiga, pemberian
reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk
verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb.
Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau
melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh
reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti
jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly,
yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan
bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan
kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada
school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik,
seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur,
empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat
betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional
equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan
feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian
pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk
angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.
Keempat, suasana
belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif.
Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam
kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat
peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan
digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan
guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard),
sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar.
Hal ini jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’
dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan
bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar,
berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini
kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki
kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan
Australia.
Kelima, dari segi
tenaga pendidik, guru-guru di Australia amat disiplin. Para guru diwajibkan
datang ke kelas sebelum murid-murid masuk. Hal ini tampaknya tengah digalakkan
di Indonesia. Dengan adanya morning briefing bagi para guru sebelum masuk ke
kelas tentu sangat baik untuk meningkatka kedisiplinan bagi tenaga pengajar dan
juga sebagai sarana mendiskusikan persoalan-persoalan dalam proses belajar
mengajar.
Keenam, tidak adanya
Pendidikan Agama di Australia.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat berbagai perbedaan
yang mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia. Beberapa perbedaan
tersebut meliputi:
1. Sistem
pendidikan yang berbeda, dimana wajib belajar di Australia adalah 10 tahun
(primary dan secondari school) sementara di Indonesia adalah 9 tahun (SD dan
SMP).
2. Tes
nasional yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN (National
Assessment Program-Literacy and Numeracy), yang dilakukan sebagai persiapan
menuju year 10. Sementara di Indonesia, tes nasional yang dilakukan
adalah UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang SD, SMP, dan SMA.
3. Syarat
guru di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu S1 (4 tahun) hanya saja
terdapat program khusus bagi calon guru yang sudah menamatkan S1 di luar
jurusan kependidikan untuk bisa menjadi seorang guru. Di Indonesia, pernah
diadakan program Akta IV, namun sudah tidak berlaku lagi. Orang yang ingin
menjadi guru harus mengikuti sekolah guru atau mengambil master di bidang
pendidikan.
4. Setiap
negara bagian di Australia memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan
profesionalitasan gurunya.
5. Asosiasi
guru di Australia disebut dengan The Australian Teacher Education Assosiation
(ATEA), sementara di Indonesia disebut PGRI (Persatuan Guru Republik
Indonesia).
6. Beberapa
permasalahan pendidikan di Australia meliputi (1) kesenjangan antara sekolah
privat dan publik (2) keterbatasan teknologi dan informasi untuk anak
sosio-ekonimi rendah (3) staff pengajar yang tidak mendapatkan insentif sesuai
porsi kerja (4) lima puluh persen siswa sosio-ekonomi rendah mengabaikan study
mereka untuk bekerja.
7. Tidak
adanya pendidikan agama di Australia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.australiancurriculum.edu.au/ Disunting
tgl 24 Oktober 2011 jam 9.49
http://www.jobaroo.com/job-teaching.html disunting
tanggal 27 November 2011
jam 2:45 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Certified_teacher disunting
pada tanggal 27 November 2011 jam 2:45 PM
disunting pada tanggal 27
November 2011 jam 3:00 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Australia disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:00 PM
http://www.australia.com/id/about/ disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:10 PM
http://www.mapsofworld.com/australia/education/ disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:12 PM
http://www.immi.gov.au/living-in-australia/settle-in-australia/everyday-life/education/whatis.htm disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:3 PM
http://www.yesaustralia.com/cursoestudo-sistemaensinoing.htm disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3: 40 PM
http://yalun.wordpress.com/2008/08/14/some-comparisons-between-the-education-system-in-australia-and-indonesia/ disunting
pada tanggal 17 Oktober 2011 jam 3:00 PM